Sejarah Masuknya Agama Islam di Maluku Utara

Sebelum memeluk Islam, keempatnya telah menjadi "kolano" (setingkat dengan kerajaan) serta memiliki kedudukan dan peran tersendiri dalam perdagangan jarak jauh. Kedatangan
pengaruh Islam di Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku, berkaitan
dengan jalur pelayaran, khususnya pelayaran niaga, dengan rempah-rempah
sebagai kata kuncinya. Inilah
titik di mana pada akhirnya beberapa aspek juga berpengaruh di kawasan
ini: sosial, budaya, agama, bahasa, ekonomi, bahkan politik dan militer.
Terang saja karena para pedagang pada waktu itu berasal dari berbagai bangsa.
Sejak berubah dari "kolano"
menjadi kesultanan pada sekitar abad XV, keempatnya secara politis
berusaha mengembangkan pengaruhnya ke berbagai tempat, khususnya ke arah
timur dan selatan. Tidore,
antara lain dapat memasukkan pantai barat Papua ke dalam wilayahnya.
Ternate berhasil meluaskan pengaruh dan wilayahnya hingga sebagian
Sulawesi, sebagian Papua, Ambon, Lease, Seram, Buru, dan Banda. Sementara itu, Bacan "gagal" meluaskan pengaruhnya, namun tetap eksis sebagai kesultanan yang mandiri. Lain halnya dengan Jailolo yang bergabung dengan Ternate dan Tidore.
Akibat dinamika politik dan militer dalam perluasan wilayah tersebut, berbuntut pada retaknya "moloku kie raha."
Berbagai perang antara mereka sering terjadi, termasuk perang dagang.
Hal ini diperparah oleh pengaruh Barat, khususnya Belanda, dengan segala
sistem ekonomi dan militernya. Silih berganti Belanda memihak, dan
silih berganti mendapat berbagai keuntungan dari pihak yang "dibelanya,"
baik secara politik maupun ekonomi.
Kesultanan Ternate merupakan kerajaan Islam yang menerapkan demokrasi terpimpin.
Kepala negara tetap seorang Sultan, namun dalam pemerintahan, dipimpin
oleh Jogugu, diistilahkan sebagai Perdana Menteri. Seorang
Putra Mahkota tidak harus merupakan putra sulung Sultan. Berdasarkan
kecakapan, kapasitas, dan gaya kepemimpinan, maka diantara putra – putra
Sultan Ternate diseleksi oleh Jogugu dan Tuan Guru (penasehat spiritual
Sultan yang bertindak pula sebagai Imam Besar Masjid Raya Sultan
Ternate) untuk menjadi Putra Mahkota.
Kesultanan Ternate mengurusi perkara agama yang ditangani oleh Jou Kalim dan para
stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Akhirat. Sedangkan perkara
budaya ditangani oleh Kimalaha dan para stafnya, yang disebut juga
sebagai Bobato Dunia.
tnks for your pots, I like your Articel..
BalasHapusBaru tau ane..jadi tambah pengetahuan.. makasih..
BalasHapusinformasi menarik
makasih Min
BalasHapus