Senin, 11 Februari 2013

Tempat wisata di Ternate

Seperti yang sudah banyak diketahui bahwa Maluku, contohnya Maluku Utara, merupakan salah satu tempat yang kaya akan budaya, seni, tradisi, dan keindahan alam yang elok.
Tidak heran jika banyak Tempat Wisata di Maluku Utara yang masuk dalam agenda para traveler.
Maluku Utara menjadi tempat menarik bagi banyak pecinta traveling untuk memenuhi kegemarannya mengunjungi tempat-tempat menarik di Indonesia. Berbagai jenis wisata dapat dipilih disana.
Tidak terbatas pada wisata alam yang menyegarkan pikiran, tetapi juga sarat akan wisata budaya dan sejarah yang menarik untuk dikunjungi.

Pulau Maitara
Pulau Maitara menjadi salah satu Tempat Wisata di Maluku Utara yang sangat terkenal karena terpampang pada salah satu sisi uang seribuan yang dikeluarkan oleh BI. Pulau ini sangat eksotis dan terletak diantara pulau Ternate serta Tidore.
Pulau ini dirawat dan terjaga keindahannya. Lingkaran pantai yang berpasir putih menjadi keindahan tersendiri pulau ini. keindahan bawah lautnya pun patut diacungi jempol.

Pantai Sulamadaha
Pantai Sulamadaha merupakan salah satu objek wisata alam yang menjadi tujuan wisata yang patut di masukkan dalam daftar Tempat Wisata di Maluku Utara ketika kita ke sana.
Pantai ini memiliki pasir berwarna hitam namun nyaman untuk bersantai. Diving dan snorkeling menjadi aktivitas menyenangkan disana.

Keindahan teluk Saomadaha membuat pantai ini terlihat sempurna. Teluk ini terletak di bagian kiri atau ke barat dari pantai. Berbagai aktivitas menyenangkan dapat dilakukan, terutama bagi mereka yang menyukai tantangan.

Wisata Budaya dan Sejarah
Selain keelokan alam di Maluku Utara, keunikan dan lestarinya budaya dan sejarah disana sangat menarik untuk ditelusuri. Terdapat beberapa Tempat Wisata di Maluku Utara yang dapat dikunjungi untuk memenuhi rasa ingin tahu terhadap budaya dan sejarah di sana.

Benteng Toluko
Berbagai bangunan peninggalan sejarah dapat ditemukan di Maluku Utara. Bangunan tersebut memiliki nilai sejarah dan budaya tersendiri. Salah satunya ialah benteng Toluko yang merupakan benteng peninggalan Portugis dan Belanda ini.
Benteng ini terletak di kota Ternate di kawasan utara. Meskipun benteng ini dibangun pada tahun 1540, namun bangunan ini sangat terawat sehingga dapat dikunjungi sebagai salah satu tujuan wisata sejarah dan budaya kita.

Kesultanan Ternate
Kesultanan ternate atau juga disebut sebagai Kedaton Ternate menjadi salah satu Tempat Wisata di Maluku Utara yang terkenal. Kesultanan ini terletak di atas perbukitan Limau Santosa. Memiliki luas lebih dari 44.000 meter persegi.
Di sini disimpan berbagai benda peninggalan sultan ternate, salah satunya yang melegenda ialah mahkota raja Ternate. Mahkota ini sangat unik karena terdapat helaian rambut yang terus tumbuh meskipun selalu dipotong ketika hari raya Qurban.

Sejarah Masuknya Agama Islam di Maluku Utara

 Sejarah Masuknya Agama Islam di Maluku Utara


 
Masjid – masjid bersejarah di Indonesia Timur tidak lepas dari sejarah panjang kerajaan – kerajaan Islam di Maluku Utara yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan penyebaran agama Islam pada abad XII hingga abad XIX. Kerajaan – kerajaan Islam ini dikenal pula sebagai Moloku Kie Raha, yang artinya empat raja – raja gunung diatas pulau. Yang terdiri dari Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan.
 
Sebelum memeluk Islam, keempatnya telah menjadi "kolano" (setingkat dengan kerajaan) serta memiliki kedudukan dan peran tersendiri dalam perdagangan jarak jauh. Kedatangan pengaruh Islam di Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku, berkaitan dengan jalur pelayaran, khususnya pelayaran niaga, dengan rempah-rempah sebagai kata kuncinya. Inilah titik di mana pada akhirnya beberapa aspek juga berpengaruh di kawasan ini: sosial, budaya, agama, bahasa, ekonomi, bahkan politik dan militer. Terang saja karena para pedagang pada waktu itu berasal dari berbagai bangsa.

Sejak berubah dari "kolano" menjadi kesultanan pada sekitar abad XV, keempatnya secara politis berusaha mengembangkan pengaruhnya ke berbagai tempat, khususnya ke arah timur dan selatan. Tidore, antara lain dapat memasukkan pantai barat Papua ke dalam wilayahnya. Ternate berhasil meluaskan pengaruh dan wilayahnya hingga sebagian Sulawesi, sebagian Papua, Ambon, Lease, Seram, Buru, dan Banda. Sementara itu, Bacan "gagal" meluaskan pengaruhnya, namun tetap eksis sebagai kesultanan yang mandiri. Lain halnya dengan Jailolo yang bergabung dengan Ternate dan Tidore.

Akibat dinamika politik dan militer dalam perluasan wilayah tersebut, berbuntut pada retaknya "moloku kie raha." Berbagai perang antara mereka sering terjadi, termasuk perang dagang. Hal ini diperparah oleh pengaruh Barat, khususnya Belanda, dengan segala sistem ekonomi dan militernya. Silih berganti Belanda memihak, dan silih berganti mendapat berbagai keuntungan dari pihak yang "dibelanya," baik secara politik maupun ekonomi.

Kesultanan Ternate merupakan kerajaan Islam yang menerapkan demokrasi terpimpin. Kepala negara tetap seorang Sultan, namun dalam pemerintahan, dipimpin oleh Jogugu, diistilahkan sebagai Perdana Menteri. Seorang Putra Mahkota tidak harus merupakan putra sulung Sultan. Berdasarkan kecakapan, kapasitas, dan gaya kepemimpinan, maka diantara putra – putra Sultan Ternate diseleksi oleh Jogugu dan Tuan Guru (penasehat spiritual Sultan yang bertindak pula sebagai Imam Besar Masjid Raya Sultan Ternate) untuk menjadi Putra Mahkota.

Kesultanan Ternate mengurusi perkara agama yang ditangani oleh Jou Kalim dan para stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Akhirat. Sedangkan perkara budaya ditangani oleh Kimalaha dan para stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Dunia.

Asal mula nama WA dan LA


Kita masih mengingat apa yang dikatakan oleh Shacespeare “Apa Arti Sebuah nama”, ungkapan tersebut tidak berlaku bagi kita yang menyatakan diri mengakui Allah SWT sebagai rabbi dan Muhammad SAW sebagai rasulnya. Hal tersebut diperlihatkan pada hadist Rasulullah Muhammad SAW tentang pentingnya pemberian nama yang baik bagi anak-anak muslimin. Dengan hal tersebut maka penyebutan nama untuk penduduk/keturunan masyarakat yang berdiam di Jazirah Muna dan Buton menjadi bermakna lebih ganda dengan menyimpan makna tertentu. Makna yang dimaksud adalah pesan dari tujuan yang diharapkan orang tua mereka dalam menggapai hikmah dalam kehidupan. Setiap kata adalah doa begitu ungkapan yang sering kita dengar. Berikut saya mencoba membuat alur pikir tulisan ini dalam bentuk prolog.
  • Kenapa masyarakat Muna dan Buton bangga menggunakan nama depan La dan Wa dan masih digunakan dalam pergaulan sehari-hari hingga saat ini ???.

Ungkapan kata La dan Wa untuk masyarakat Muna dan Buton telah dipahami oleh sebagian besar masyarakat berasal dari kalimat Tauhid yakni dari “syahadat thain” (ashadualla Illallah illallah) dan diartikan La sebagai kesatuan dari kalimat sahadat (bukan penggalan kata) dan untuk Wa bermakna yang sama untuk kalimat sahadat rasul (Washaduanna Muhammad Darasulullah).
Dengan pemahaman tersebut menyebabkan RASA BANGGA melekat bagi mereka yang menggunakan kata depan nama (La/Wa). Pemahaman konsep tersebut dapat bernilai wajar manakala memang demikian adanya, namun minimal penggunaan kata depan La/Wa menjadi pembeda dengan masyarakat lain di nusantara ini, bahkan pada skala dunia. Namun serangkain pemikiran tersebut mengarahkan kita untuk berpikir (akal) dengan mempertimbangkan rasa (bathin) untuk beberapa hal sebagai berikut :
  • Bagaimana kerangka pikir nama dengan kata depan La/Wa mengambil kata dari kalimat tauhid, padahal para penggunanya (raja-raja) belum mengucapkan kalimat tersebut (belum islam)???. Apakah pendekatan penggunaan kalimat tauhid sebagai kata depan nama (La/Wa) merupakan penyesuaian makna yang terakhir (terbaru) setelah penggunanya beragama islam ??? Lalu bagiamana status raja-raja tersebut yang juga menggunakan kata depan nama mereka dengan kata La/Wa???.
 
  • Mengapa tingkatan kultural penyandang nama La/Wa berada pada tingkatan lebih rendah dibandingkan dengan pengguna nama depan La/Wa+ode ??? Ada makna esistensi  kalimat sahadat menjadi kecil???,
 
  • Bagiamana pula nahu kata La (tidak/tiada) dalam kalimat sahadat ?  Yang mana kata La/Wa yang ditulis tersambung pada kalimat sahadat? Sedangkan aplikasi kata La/Wa dalam penggunaannya nama masyarakat muna dan buton dibuat terpisah atau tersambung dengan nama aslinya (misalnya La Umar/Wa Ike atau Laumar/Waike)
Tiga pertanyaan diatas memberi rana berpikir kita untuk lebih analisis, bukankah ilmu tanpa agama menjadikan kita “goyang” sedangkan agama tanpa ilmu menyebabkan kita menjadi “ambruk”. Semoga saja dua hal diatas membuat kita menjadi manusia yang sebenarnya (memiliki ilmu dan iman).
Terkait dengan hal tersebut, pada aplikasinya penggunaan kata La/Wa menujukkan fenomena yang lebih rancu, beberapa fenomena yang penulis jumpai antara lain;
  • Kata La/Wa digunakan juga oleh masyarakat diwilayah lain di luar Jazirah Muna dan Buton sebagaimana oleh Masyarakat Sangir Talaud, NTT/NTB danKalimantan dan masih banyak lagi suku lain di Nusantara ini yang menggunakan nama mereka dengan kata depan La/Wa. Bukti tersebut dapat dilihat daripenggunaan marga dari tiap keluarga, kisah (epik) sejarah, makam leluhur dll.
 
  • Hal yang unik lagi nama La/Wa khususnya kata depan La juga digunakan sebagaian orang yang berada di Piliphina, Thailand bahkan orang-oarang di Italiadengan bukti yang sama dengan point sebelumnya.
Dengan mencermati kondisi demikian apakah hal yang spesifik dari kata La/Wa bagi orang Muna dan Buton???. Kalau mereka dikaitkan dengan keagamaan yang mereka anut, mungkin saja dapat digeneralisasi bahwa bagi yang beragama islam dapat disandangkan kata La/Wa pada mereka, dan bagimana jika mereka tidak beraga islam ?. oleh karena itu, terkait dengan penggunaan kata “La/Wa” yang masih dikaitkan dengan asal para pengguna nama depan La (orang muna buton saja+beragama islam), penulis menjustifikasikannya sebagai kerangka berfikir yang tidak rasional.

  • Pemaknaan kerangka berpikir dan pemahaman masyarakat dengan penggunaan nama depan La dan Wa dikaitkan dengan sumber asal katanya

Secara garis besar, ada dua pemikiran saudara saya di jazirah muna dan buton yang menjelaskan asal kata depan “La” sebagai berikut :
  • Kata La diambil dari kalimat tauhid (sahadat) “ashadualLa Illallah illallah”,
  • Kata La diambil dari kalimat tahlil “La Ilaha illallah”,
Sedangkan untuk kata Wa, mempunyai asal kata yang sama yakni dari kalima Wa ashadu anna muhammad darasullullah (sahadat rasul).
Berdasarkan penelusuran penulis, ungkapan diatas lebih dominan berkembang dan sangat dipahami oleh saudara saya di Jazirah Buton. Untuk mendudukan arah pemahaman yang lebih rasional, penulis berupaya untuk berhati-hati menguraikannya.
  • Secara individual (person) masing-masing orang berhak untuk memahaminya sebagaimana hal di atas (hak pribadi). Kalau hal ini berlaku, sangat berpotensi simbol kata La/wa dapat berasal dari kalimat lain dengan pemahaman yang lain pula. Kondisi pemahaman tersebut secara sosio kultural berpeluang terciptanya“konflik pemahaman”, manakala masing-masing individu tidak mampu menjelaskan pemaknaan kata La yang dia pahami dengan sumber kata/kalimat rujukan yang berbeda ataupun simbol-simbol lain.
 
  • Pemahaman secara berkelompok (kolektif), pemahaman kearah ini dapat tercapai jika secara kolektif masyarakat ditiap wilayah atau di wilayah yang lebih besar mempunyai pemahaman yang sama terhadap kata “La” yang digunakannya sebagai bagian dari budaya mereka. Penelaahan informasi tentang kata La menjadi kunci untuk menyeragamkan pemaknaan kata “La”. Arahan penelaahan dalam pemaknaan yang bersifat mendasar (makna syariat) menjadi penting sekali dalam mentransfer aliran sejarah/budaya dalam masyarakat, sedangkan pemaknaan sufiisme (makna lebih tinggi) seringkali membuat “multi kutup”pemaknaan. Multinya sudut pandang  mengakibatkan hilang/kaburnya jatidiri yang sebenarnya dan manghasilkan hal yang sama dengan “Taklid buta”.
 
  • Rana pemahaman yang fleksibel; dari dua sumber kalimat yang dirujuk sebagai asal muasal kata La/Wa, bagi penulis menilai  informasi makna tersebut antara lain:
 
  • Pemahaman bebas, merujuk asal sumber kata nama seseorang dengan tidak melupakan esensi sang khaliq. Pada sisi lain penggunaan kata (penggalan) kata akan berbeda makna jika kata itu bendiri sendiri (etimologi), padahah agama islam sangat ketat dalam pembacan kita suci (huruf arab) dengan hukum tajwidnya dll. Pemaknaan makna kata yang diacu tersebut akan menghasilkan makna yang berbias.
 
  • Pemahaman bebas bersyarat, yang penulis maksud adalah penggunaan kata La/Wa tetap memasukkan esensi sang khaliq namun tidak merujuk pada sumber kalimat tauhid. Pemaknaan ini artinya kata La/Wa tidak berasal dari kalimat tauhid, mengingat adopsi katanya  yang tidak sepadan.
 
  • Pemaknaan yang tegas, Kalau kita cermati secara detail, bahwa penggunaan kata La/Wa jauh-jauh waktu telah digunakan sebelum siar islam masuk ke Jazirah Muna dan Buton. Perhatikan nama-nama raja sebelum penyiar islam masuk. Dengan demikian penulis ingin tekankan bahwa kata depan nama (La/Wa) tidak dapat dipadankan atau sumber katanya dari kalimat tauhid.
  • Perkembangan sejarah dalam memahami penggunaan nama depan La dan Wa di Jazirah Muna/Buton

Untuk mahami fenomena diatas maka dilakukan pendekatan sejarah, dari beberapa kajian tentang penggunaan nama depan nama penduduk, memberi kesan yang sama bahwa sapaan keakrabatan dengan penuh rasa hormat/takzim. Nilai-nilai tersebut menjadi dasar penggunaan kata depan, baik yang bersifat sementara ataupun bersifat tetap. Bersifat sementara seperti sapaan “Mas” bagi orang dari Suku Jawa yang sebenarnya hanya sapaan (bukan nama aslinya), sedangkan yang tetap seperti sapaan La/Wa (Muna dan Buton), Cut/Tengku/Teuku (Aceh), Daeng/Andi (Makassar/Bugis).

Berdasarkan uraian sejarah dari beberapa sumber maka secara umum sapaan La/Wa merupakan sapaan umum sebagaimana dengan kata “Abu” untuk sapaan bagi anak orang–orang arab. Lebih jauh lagi, kata depan La/Wa yang melekat pada nama mereka menggambarkan bahwa mereka bagian dari pengaruh budayasuku daratan yang didominasi oleh pengaruh Kerajaan Majapahit. Ini dapat terbukti pada akhir masa keemasan Kerajaan Majapahit, dimana Pati Gajah Mada melakukan pelayaran ke wilayah timur. Panggilan La oleh suku daratan merupakan panggilan untuk orang yang memiliki “kekuatan dan atau kemampuan” sebagaimana layaknya seorang laki-laki/pemimpin.  Untuk panggilan kata “Wa” pada perempuan mempunyai makna yang dilindungi/dipimpin atau sebutan bagi yang dilindungi oleh seorang laki-laki (La) baik sebagai orang tuanya maupun sebagai pasangannya (istri).

Pada bagian lain sapaan yang bermakna sama untuk suku pelaut menggunakan kata depan “Si”, Sapaan yang melekat pada nama mereka  banyak digunakan oleh suku sama (suku bajo). Berdasarkan sejarah suku pelaut di negeri ini didominasi oleh kerajaan Sriwijaya. Dengan uraian ini maka terbayanglah karakter masyarakat yang mendiami jazirah Muna dan Buton termasuk bagaimana proses imperium dua kerajaan besar tersebut termasuk peletakaan budaya di negeri baru (simak nama para raja sebelum islam masuk di jazirah muna/buton).

Keterkaitan sejarah dunia dalam perkembangan budaya muna/buton mempunyai pengaruh yang cukup besar meskipun terjadi secara tidak langsung. Hal tersebut bisa kita cermati dengan penjelajahan samudera oleh  bangsa spanyol dan portugis hingga menghasilkan perjanjian toerdesiles (pembagian dunia) yang ditandatangani di Pulau Moti (Maluku Utara).

 Wilayah barat Maluku Utara dikuasai oleh spanyol dan bagian timurnya oleh bangsa portugis, dari hal tersebut maka budaya spanyol ikut mempengaruhi beberapa budaya masyarakat di nusantara. Budaya tersebut terutana pada tatakrama masyarakat yang berkembang dengan makin menancapnya ajaran agama hindu dan budha di wilayah daratan yang lebih luas (Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi).

Siar islam menjadi salah satu penyebab keruntuhan kerajaan besar di nusantara dengan agama yang berkembang saat itu. Runtuhnya kerajaan majapahit (jawa), sriwijaya (Palembang) termasuk kerajaan Kutai (kalimantan), Gowa (makassar) dan Bone (bone).   Dalam masa keruntuhan kerajaan tersebut memungkinkan para pemuka dan masyarakat dari kerajaan tersebut keluar mencari daerah baru dengan membawa sistim sosial dari negeri asalnya (termasuk membawa Kata depan nama La/Wa). Dampak keruntuhan kerajaan besar tersebut diatas menyebabkan berdiri kerajaan/kesultanan islam di nusantara yang hampir bersamaan dengan masuk belanda ke nusantara dalam menjajah negeri ini.

  • Kenapa kata La dan Wa pada nama depan keturunan masyarakat Muna dan Buton masih digunakan???

Pada kenyataan sekarang telah banyak dari keturunan Orang Muna dan Buton tidak lagi menggunakan nama depan mereka dengan kata La/Wa, sedangkan kata depan dengan nama La/Wa + Ode makin dimunculkan. Tendensi ini bagi penulis, merupakan pemahaman masyarakat di jazirah Muna dan Buton tentang kata tersebut tidak dipahami secara mendalam ataupun dalam pemahaman lain bermakna sakrar (memang sakrar) dan cenderung “buta”.

Untuk hal diatas, terdapat makna bahwa kata La/Wa bukanlah satu kesatuan dari kalimat sahadat, memang demikian yang penulis ingin penulis sampaikan tapi “Warisan Majapihit”. Namun keberlanjutan penggunaan kata La/Wa bermakna lain sejak siar islam masuk.  Pengadopsian kata La/Wa oleh islam puncaknya terjadi saat kata depan La/Wa bersambung dengan kata “ode”. Dengan memasukkan kata “ode” tersebut maka makna kata La/Wa tidak bisa terlepas dengan sendi kehidupan di jazirah Muna dan Buton sekaligus menghilangkan/memaksimalkan makna kata depan La/Wa sebagai warisan Majapahit (budaya baru suku daratan).

Bagian dari sendi kehidupan orang Muna/Buton tersebut diartikan bahwa kata depan nama La/Wa+Ode adalah pencitraan khusus bagi penyandangnya yang berasal dari kaum pengguna kata La/Wa pada nama mereka.  Khusus maksudnya mempunyai peran dan fungsi khusus dalam tatanan masyarakat. Dari hal ini maka peran orang yang bernama depan La/Wa mempunyai wewenang untuk mencabut nama orang yang bernama depan La/Wa+ode.

Semoga pemahaman kita dengan makna kata La dan Wa yang lebih real membuat kita lebih bijak dan paham sekaligus merasa bersama dengan kebersamaan yang utuh (Muna dan Buton) dalam kespesifikasian yang heterogen. Marilah kita menghargai budaya kita dengan tetap merasa bangga menjadi orang yang bernama depan La dan Wa.

Sumber: Salnuddin

Kamis, 07 Februari 2013

Tempat Wisata di Halmahera Tengah

Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara (Malut), akan mengembangkan Pulau Gebe menjadi kawasan wisata bahari, dan diharapkan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke daerah itu.

"Pemkab Halmahera Tengah mulai 2013 akan mengalokasikan anggaran untuk pengembangan Pulau Gebe menjadi kawasan wisata bahari, di antaranya untuk penataan dan pembangunan berbagai fasilitas penunjang," kata Bupati Halteng, Ali Yasin di Ternate, Sabtu (8/12/2012).

Pemkab Halteng juga tengah mengupayakan keterlibatan investor dalam pengembangan Pulau Gebe menjadi kawasan wisata bahari, karena pemkab memiliki keterbatasan dana untuk mengembangkannya sendiri.

Ali Yasin optimistis jika Pulau Gebe telah dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari, akan banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri yang akan tertarik berkunjung ke pulau yang dulunya menjadinya daerah tambang nikel PT Aneka Tambang itu.

Optimisme itu didasarkan pada keindahan yang dimiliki Pulau Gebe, terutama pantainya yang berpasir putih dan panorama bawah laut di perairan sekitarnya, yang tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan panorama bawah laut Perairan Raja Ampat, Papua Barat.

"Keragaman ikan di perairan Pulau Gebe, sesuai hasil penilitian sangat banyak yakni mencapai 300 jenis atau lebih banyak jika dibandingkan dengan di perairan Raja Ampat, Papua Barat hanya sekitar 290 jenis," katanya.

Halteng juga memiliki sejumlah obyek wisata lainnya seperti Goa Bokimamuru yang konon merupakan goa terpanjang di dunia dan Taman Nasional Ake Tajawa Lolobata yang dihuni ratusan jenis burung, beberapa di antaranya merupakan brurung endemik Halmahera.

Menurut Ali Yasin, Pemkab Halteng tengah mengupayakan agar wisatawan yang berkunjung di kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat dapat melanjutkan perjalanan ke Halteng, karena jarak antara Halteng dengan Raja Ampat berdekatan.

Untuk mencapai Halteng harus melewati Ternate kemudian melanjutkan perjalanan ke daerah itu menggunakan jalur darat melalui Sofifi, Ibu Kota Sofifi Malut atau jalur laut dari Ternate langsung ke Halmahera Tengah.

Sumber : Antara

Tempat Wiata di Halmahera Barat

 Tempat Wisata di Halmahera Barat


 

Menyusuri tiap jengkal ranah Halmahera Barat (Halbar), Maluku Utara, terasa benar pancaran keindahan tersembunyi yang belum banyak digali menjadi obyek wisata. Dari mulai surga di bawah laut hingga alam pedesaan dan pegunungan yang menawan. Tak bisa dipungkiri, sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Halmahera Barat memiliki keragaman obyek wisata dan daya tarik yang patut diancungi jempol.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Barat Fenny Kiat, aset obyek wisata di Kabupaten Halmahera Barat sebagian sudah dikelola oleh pemerintah kabupaten, di antaranya wisata tirta, wisata seni dan budaya dan wisata sejarah. “Sedangkan aset wisata lainnya, seperti wisata alam, wisata agro, wisata fauna dan sebagian wisata tirta masih dalam program perencanaan pengembangan wisata oleh pemerintah Kabupaten Halbar,” kata Fenny.

Keindahan tiap pulau, kekayaan budaya dan keunikan masyarakat Halbar menebar pesona tersendiri. Keberagaman yang muncul di tiap wilayah mampu menunjukkan kebhinnekaan sesungguhnya. Terlebih jika kita cukup waktu menjangkau dan berdiam di desa-desa wisata yang ada.

Mulai dari wilayah Teluk Jailolo yang menyuguhkan pesona alam dari pelabuhan Jailolo hingga kaki gunung. Wisatawan yang menggemari pesona bawah laut, bisa memuaskan diri diving (menyelam) di seputar Teluk Jailolo. Di sini pelancong bisa memanfaatkan jasa Gilolo Diving Centre yang siap mengantarkan ke 10 titik penyelaman (diving spot) paling terkenal, yang dihiasi terumbu karang indah dan beragam biota laut.

Puas menyelam, wisatwan bisa bergeser ke arah pegunungan, menuju yang dihuni berbagai suku. Di antaranya Suku Sahu, yang dikenal sangat menjaga dengan baik warisan adat istiadat maupun benda-benda peninggalan para leluhurnya.

Suku Sahu berdomisili di Kecamatan Sahu Halmahera Barat. Mereka memiliki rumah adat yang beratapkan anyaman daun sagu. Rumah adat yang disebut Sasadu itu biasa digunakan sebagai tempat musyawarah dan merayakan pesta panen raya padi. Upacara Horom Sasadu itu menjadi ajang luapan syukur dari masyarakat Sahu setelah menjalani masa panen.

Ciri khas dari perayaan tujuh hingga sembilan hari ini adalah hadirnya minuman memabukkan yang disebut saguer, atau arak yang disuling secara tradisional. Penyulingan arak yang menjadi rutinitas penduduk sehari-hari menjadi salah satu sajian dari objek wisata khas daerah ini. Pelancong bisa mengabadikan proses penyulingan dan berbaur dengan masyarakat pada pesta berhari-hari tanpa henti.

Daya tarik lain dari kekhasan Jailolo adalah bangunan rumah Sultan Jailolo yang merupakan objek wisata bangunan bersejarah. Selain itu, beberapa desa dari Suku Sahu telah dikembangkan menjadi desa wisata. Di antaranya Desa Worat Worat, Desa Taraudu, Desa Gamomeng, Desa Gamtala, dan Desa Marimbati.

Berikut ini beberapa atraksi wisata yang bisa dinikmati di Desa Wisata:

1. Ritual makan adat Suku Sahu: Tamu diajak makan bersama masyarakat di dalam rumah adat.

2. Membuat kerajinan tradisional: Palancong diajak membuat kerajinan tangan tradisional khas desa wisata, antara lain kerajinan anyaman bambu, anyaman daun pandan, pembuatan saloi dan pembuatan paludi.

3. Membuat makanan dan minuman tradisional: Untuk wisatawan penikmat kuliner, bisa bergabung bersama penduduk lokal membuat makanan khas, seperti papeda, nasi bambu dan makanan tradiosional lainnya. Selain itu, pengunjung bisa melihat proses pembuatan minuman tradisional seperti saguer dan captikus, dan langsung mencicipi buah tangan mereka.

4. Wisata susur desa dengan gerobak sapi: Wisatawan diajak menikmati panorama alam dan menyusuri perkebunan dengan sarana transportasi tradisional gerobak sapi.

5. Wisata menyusur dan menanam bakau : Dengan perahu tradisional, wisatawan diajak menikmati pesona flora dan fauna khas hutan bakau yang masih terjaga kelestariannya, sekaligus menanam bakau dan setiap pohon diberi nama penanamnya.

6. Berlatih tarian tradisional: Wisatawan diajak berlatih dan berintreaksi langsung dalam tarian tradisonal seperti Legu Salay dan Sala Dabi-Dabi.

7. Mandi air hangat: Pengunjung bisa melakukan relaksasi dengan mandi air hangat yang ada di desa wisata.

8. Berburu dan Mengolah Makanan Laut: Untuk penikmat wisata petualangan, bisa bergabung dengan penduduk berburu kepiting, ikan dan kerang menggunakan alat tradisional, lalu dimasak di lokasi.

9. Berburu ulat sagu: Wisatawan diajak mencari ulat sagu (sabeta) dan mengolahnya menjadi makanan yang lezat.

10. Menjajal permainan tradisional: Wisatawan diajak untuk berinteraksi dengan masyarakat dalam permainan tradisonal.  (HP)

Rute Mencapai Jailolo

Jailolo adalah Kota Kecamatan di Kabupaten Halmahera Barat. Untuk mencapai ke sana bisa menggunakan pesawat ke Kota Ternate, Maluku Utara. Setelah Mendarat di Bandara Ternate, berlanjut menuju Pelabuhan Dufa-Dufa dan menyeberang menggunakan speed boat menuju Teluk Jailolo, selama satu jam perjalanan. Untuk menuju desa-desa wisata, pelancong bisa menyewa mobil atau motor. Perjalanan dari pusat Kota Jailolo ke desa-desa sekitarnya ditempuh hanya dalam waktu 20 menit. Soal menginap, Pemkab telah menyiapkan beberapa rumah Penduduk yang sangat layak untuk disewa.

Jumat, 25 Januari 2013

Sejarah Kesultanan Bacan

SEJARAH  KESULTANAN BACAN

Sejarah Kabupaten Halmahera Selatan berawal dari sejarah tentang  “Jazirat al-Mulk”yaitu nama kepulauan di ufuk timur bagian utara dari kepulauan Indonesia. Istilah“Jazirat al-Mulk” yang diberikan para saudagar Arab ini mempunyai arti: negeri raja-raja. Selain itu, dikenal juga, istilah“Jazirah tuil Jabal Mulku“ dengan Pulau Halmahera sebagai pulau induk dari di kawasan ini.

Dari kata Muluk dan Mulku inilah yang kemudian menjadi Moluco menurut ucapan dan ortografi orang Portugis, Moluken menurut orang Belanda dan terakhir orang Indonesia sendiri disebut Maluku.
Catatan sejarah tentang “Jazirah tuil Jabal Mulku“ berlanjut dengan kemunculan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku) yang terdiri atas:


1. Kesultanan Bacan
2. Kesultanan Jailolo
3. Kesultanan Tidore
4. Kesultanan Ternate

Bacan,arti harfiahnya adalah:(mem-) baca.  Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua. Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.

Sultan Ternate yaitu Sultan Musaffar Syah menyatakan bahwa makna dari“ bacan” atau “membaca” adalah memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadipengetahuan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan fungsi Sultan
Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha yaitu: memasok logistik. Bacan dalam beberapa manuskrip sejarah sering juga ditulis sebagai Bachian, Bachanatau Batjan; dan diduga sudah eksis sejak tahun 1322. Kesultanan Bacan berpusat di Pulau Bacan. Wilayah Kesultanan Bacan pada saat jayanya cukup luas, yaitu dari Maluku hingga ke wilayah Papua.Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain berada di bawah administrasi pemerintahan Kesultanan Bacan pada masa jayanya.






Pengaruh bangsa Eropa pertama di Pulau Bacan diawali oleh Portugis yang kemudian membangun benteng pada tahun1 558. Bernevald Fort adalah benteng Portugis yang masih utuh berdiri di Pulau Bacan sampai sekarang. Pada tahun16 09 benteng ini diambil alih oleh VOC
yang menandai awal penguasaan Hindia Belanda di Pulau Bacan. Pada tahun1 889 sistemmo narki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem kepemerintahan di bawah kontrol Hindia Belanda.
  Pulau Bacan tidak hanya mempunyai peran dalam produksi cengkeh dan pala pada masa itu, akan tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi dan distribusi cengkeh dan  paladi Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Halmahera.

Sejarah Kerajaan Tidore

A. Awal Perkembangan Kerajaan Tidore

 

masjid jami tidore 300x206 KERAJAAN TIDORE
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalahMuhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agamaIslam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.

  Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan

Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.

  Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda.

  Kemunduran Kerajaan Tidore

Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

Sejarah Kesultanan Ternate


blogspot.com/Pada awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yg disebut Kolano. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan & penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar Kolano & menggantinya dengan gelar Sultan.

Para ulama menjadi figur penting dlm kerajaan. Setelah Sultan sebagai pemimpin tertinggi, ada jabatan Jogugu [perdana menteri] & Fala Raha sebagai para penasihat. Fala Raha atau Empat Rumah ialah empat klan bangsawan yg menjadi tulang punggung kesultanan sebagai representasi para momole pada masa lalu, masing -masing dikepalai seorang Kimalaha. Mereka antara lain ; Marasaoli, Tomagola, Tomaito & Tamadi. Pejabat -pejabat tinggi kesultanan umumnya berasal dari klan -klan ini. Bila seorang sultan tak memiliki pewaris maka penerusnya dipilih dari salah satu klan. Selanjutnya ada jabatan -jabatan lain Bobato Nyagimoi se Tufkange [Dewan 18], Sabua Raha, Kapita Lau, Salahakan, Sangaji dll. Untuk lebih jelasnya lihat Struktur organisasi kesultanan Ternate. Pulau Gapi [kini Ternate] mulai ramai di awal abad ke-13, penduduk Ternate awal merupaken warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yg masing-masing dikepalai oleh seorang momole [kepala marga], merekalah yg pertama -tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yg datang dari segala penjuru mencari rempah -rempah.

 
Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu & Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yg semakin ramai ditambah ancaman yg sering datang dari para perompak maka atas prakarsa momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yg lebih kuat & mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja. Tahun 1257 momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih & diangkat sebagai Kolano [raja] pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo [1257-1272].

Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yg dlm perkembangan selanjutnya semakin besar & ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai “Gam Lamo” atau kampung besar [belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama]. Semakin besar & populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yg hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yg berpengaruh & terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku. Kerajaan Gapi atau yg kemudian lebih dikenal sebagai Kesultanan Ternate [mengikuti nama ibukotanya] ialah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku & merupaken salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara.

 
Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 sampai abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah & kekuatan militernya. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur & tengah, bagian selatan kepulauan Filipina sampai sejauh Kepulauan Marshall di pasifik.

Kamis, 24 Januari 2013

Tarian Soya-Soya


 Tarian Soya-soya adalah tarian perang yang berasal dari Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan. Tarian ini mengisahkan tentang Patriotisme Pasukan Perang Moloko Kie Raha dalam upaya mengusir penjajah dari Moloko Kie Raha.
Tarian ini menceritakan tentang pencarian mayat Sultan Khairun, ayahnya Sultan Babbullah, yang dibunuh oleh Portugis didalam Benteng Gamma Lama/Kastela/Nostra Senhora Del Rosario pada tahun 1570.

Banyak pasukan yang bergabung dalam penyerbuan benteng tersebut untuk mencari mayat Sultan Khairun, yang dipimpin oleh Sultan Babbullah. Dalam pencarian yang melibatkan seluruh kerajaan yang ada di Moloko Kie Raha hingga dari luarpun ikut dalam pencarian ini dan menghabiskan waktu yang cukup lama, dan seluruhnya dipertaruhkan untuk mengusir Bangsa Portugis yang telah dengan kejam membunuh Sultan Khairun. Dalam pertempuran tersebut pasukan Kayoalah yang menemukan mayat Sultan Khairun, sehingga diciptakan tarian ini oleh seniman Kesultanan untuk mengabadikan peristiwa bersejarah ini.

Busana yang di Kenakan

Busana yang dikenakan para penari adalah Ikat kepala yang berwarna kuning yang dalam Bahasa Ternate disebut Tuala Lipa/Lipa Kuraci, Baju belah dada berwarna putih yang dalam Bahasa Ternate disebut Taqoa, Celana panjang juga berwarna putih dan rok berwarna merah, hitam, kuning dan hijau.
Alat-alat yang dipakai dalam tarian tersebut adalah Perisai (Salawaku) di tangan kiri dan kanan memegang ngana-ngana – seruas bambu yang diberi hiasan daun palam (Woka) yang berwarna merah, kuning dan hijau disampingnya dipasangi kerincingan (Gring-Gring) atau diberi biji-biji jagung didalam bambu tersebut, sehingga bila digoyang akan berbunyi ritmis.

Musik Pengiring

Musik pengiringnya terdiri dari Gendang (Tifa), Gong(Saragai), Gono yang berukuran kecil (Tawa-tawwa) dan 3 orang pemusik. Jumlah penari tidak ditentukan, tetapi harus ganjil.
Maksudnya para penari yang jumlahnya genap sebagai pasukan perang dan penari yang satu orang itu sebagai komandan pasukan atau kapita perang.
Pada khususnya tarian ini biasanya dipertunjukan pada upacara-upacara adat penjemputan tamu Agung Sultan yang ditarikan setelah tarian cakalele. Dan pada umumnya tarin Soya-soya ini bisa dipertunjukan sat penjemputan tamu terhormat lainnya serta pada acara-acara yang biasa digelardi Ternate dan Maluku Utara pada umumnya.

Tarian Khas Maluku Utara

TARIAN TIDETIDE

TARIAN TIDETIDE
Tidetide adalah tarian khas Halmahera Utara yang biasanya dipentaskan pada acara tertentu seperti pada pesta perkawinan adat atau pesta rakyat. Gerakan pada tarian Tidetide memiliki makna tertentu yang dapat diartikan sebagai bahasa pergaulan sehingga Tidetide juga dikenal sebagai tari pergaulan. Tarian ini dibawakan oleh kelompok penari pria dan wanita yang berjumlah 12 orang sambil diiringi tabuhan tifa, gong dan biola. tarian Tide-Tide yang berasal dari daerah ternate dan tarian tersebut mempunyai ciri khas adat seatoran Maluku kie raha sehingga tarian ini di pakai dalam upacara perkawinan maupun acara hajatan dan lain-lain.
Tarian ini memiliki arti kesuburan alam semesta serta motif-motif mistik. sebagai tarian adat  tide-tide merupakan bentuk tarian tradisional yang sudah sangat kuno. Tarian ini aslinya tidak bersifat liris, ditarikan secara duet oleh penari putera- puteri dalam 2 sampai 6 pasangan.
Sumber : halmaheraurata.com


TARIAN CAKALELE

TARIAN CAKALELE
Tarian Cakalele adalah tarian perang yang saat ini lebih sering dipertunjukan untuk menyambut tamu agung yang datang ke daerah ini maupun untuk acara yang bersifat adat. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang dan salawaku sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Cakelele merupakan tarian tradisional khas Maluku.
Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sementara, penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup
Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang. (2) Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. (3) Tameng (salawaku) dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.
Sumber : halmahera.com




TARIAN GUMATERE

TARIAN GUMATERE
Dimaksudkan untuk meminta petunjuk atas suatu persoalan ataupun fenomena alam yang sedang terjadi. Tarian ini dibawakan oleh 30 orang penari pria dan wanita. Penari pria menggunakan tombak dan pedang sedangkan penari wanita menggunakan lenso. Yang unik dari tarian ini adalah salah seorang penari akan menggunakan kain hitam, nyiru dan lilin untuk ritual meminta petunjuk atas suatu kejadian. Gumatere merupakan tarian tradisional rakyat Morotai.
Sumber : halmahera.com






TARIAN DENGEDENGE

TARIAN DENGEDENGE
Selain Tidetide, Halmahera Utara juga memiliki Dengedenge sebagai tarian pergaulan yang biasanya dibawakan oleh sekelompok penari pria dan wanita sambil diiringi nyanyian-nyanyian berupa syair pantun yang memiliki makna cinta dan harapan di masa depan. Tidak jarang tarian ini diakhiri dengan sebuah kesepakatan untuk menikah antara si penari pria dan wanita. Nyanyian pengiring Dengedenge dibawakan dengan cara saling berbalas-balasan.
Sumber : halmahera.com



Pantai Kupakupa

PANTAI KUPAKUPA

PANTAI KUPAKUPA, Tobelo Selatan
Tempat Wisata di Maluku Utara luar Biasa Banyaknya. Walaupun potensi ini tidak di manfaatkan secara maksimal  oleh pemerintah daerah namun secara Alamiah banyak tempat  tempat wisata yang Indah dan mengagumkan. Salah satu tempat yang indah di Halmahera yaitu Pantai Kupa  kupa.
Pantai Kupakupa memiliki karakteristik yang unik berupa pepohonan beringin-ketapang yang tumbuh di sepanjang tepi pantai. Karena letaknya yang seakan-akan berada di dalam teluk maka Kupakupa memiliki arus laut yang sangat tenang sehingga sangat ideal untuk kegiatan olahraga air seperti berenang, berperahu dan snorkeling. Pada setiap hari minggu pantai ini selalu ramai oleh kunjungan wisatawan lokal yang datang berwisata ke tempat ini.
Letak pantai kupa - kupa yaitu di Halmahera Utara rasanya tidak sempurna  berwisata di Halmahera jika tidak berkunjung di pantai Kupa - kupa. Ciri khas pantai yang memiliki Arus yang tenang di tambah pepohonan beringin yang tumbuh di pesisir pantai menambah keindahan dan membentuk identitas pantai Kupa - kupa sehingga berbeda dengan pantai - pantai yang lain.
Karena letaknya yang berada di dalam Teluk Kao, maka arus yang tenang dari pantai kupa - kupa ini bisa di gunakan untuk kegiatan Olahraga seperti Snorkeling, berperahu, dan berenang. Dengan terumbu karang yang berada di sepanjang pantai Kupa  - kupa serta berlatarkan Pegunungan menujukan keunikan dari pantai Kupa - kupa ini. Sehingga sangat cocok bagi anda untuk menghilangkan kepenatan dalam beraktivitas sehari - hari.
Di pantai yang lain di Halmahera biasanya tumbuh pohon - pohon kelapa yang berjajar di pesisir pantai namun Lokasi pantai Kupa - kupa yang berada kurang lebih 20 kilometer kea rah Selatan ini sangat berbeda. Pantai Kupa - Kupa sebagai salah satu tempat wisata di Halmahera Utara ini sangat di Rekomendasikan untuk di Kunjungi baik wisatawan Lokal maupun Asing.

Bagaimana transportasi ke sana?http://adhykoepa1.blogspot.com/
Desa Kupakupa terletak ± 20 Km di selatan Tobelo. Dari jalan utama ke lokasi pantai ± 2 Km.

Obyek Wisata Pantai Guraici


Pantai guraici
Pernakah anda berwisata ke Timur Indonesia? Kepulauan Halmahera adalah tempat yang akan membuat anda tercengang dengan keindahan alam Indonesia. Salah satu objek wisata yang menakjubkan di sini adalah Pulau Gura Ici. Pulau ini terletak bersebelahan dengan Pulau Lelei Kayoa Halmahera Selatan.
Yang luar biasa dari Pulau Gura Ici selain pasirnya yang putih dan pantainya yang indah adalah pulau ini memiliki kira-kira 10 lokasi untuk diving dan menikmati keindahan bawah lautnya. Pulau Gura Ici memiliki berbagai jenis terumbu karang yang sangat indah, dan biota lautnya juga luar biasa. Tak heran jika banyak wisatawan lokal maupun mancanegara berkunjung ke pulau ini.
Lokasi diving di sini juga berbeda dengan lokasi menyelam di tempat lain, disebabkan Pulau Gura Ici dilewati oleh garis khatulistiwa sehinga ragam biota bawah laut di tempat ini sangat beragam, Ikan Pari adalah ikan yang paling banyak dijumpai di pulau ini. Sensasi yang luar biasa ketika kita berenang dibawah ikan pari berukuran besar.
Untuk fasilitas, tidak perlu khawatir, karena di Pulau ini sudah terdapat hotel dan penginapan bagi anda melepas lelah. Banyak juga restoran yang menyediakan menu khas halmahera, yang pastinya siap untuk menggoyang lidah anda dengan kesegarannya.
Untuk mencapai pulau Gura Ici ini, anda dapat menggunakan kapal penyebrangan yang kira-kira dapat menampung 150 orang, dan membutuhkan biaya 80.000 per orang. namun jika anda sanggup, anda dapat menyewa speed boat yang tentunya memakan waktu lebih cepat dari kapal biasa, hanya 2-3 jam.
Jadi tunggu apa lagi? Saksikan sendiri keindahan laut Halmahera.



Obyek Wisata Kabupaten Widi


pantai Widi
Obyek wisata Kepulauan Widi di Kabupaten Halmahera Selatan menjadi andalan bagi pemerintah setempat untuk menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara ke daerah itu.

Pemkab Halsel menjadikan Kepulauan Widi menjadi andalan antara lain karena pantai pasir putihnya yang tak kalah indah dibandingkan Pantai Kuta di Bali. Juga panorama bawah lautnya yang keindahannya setara dengan panorama bawah laut di Raja Ampat, Papua.
Bahkan, panorama bawah laut di Kepulauan Widi memiliki lebih indah dibanding taman laut lainnya di Indonesia, terutama terumbu karangnyanya yang secara umum masih dalam kondisi baik. Di Kepulauan Widi juga ada hutan yang masih alami dan dihuni berbagai jenis burung.

Untuk memasarkan Kepulauan Widi, pemda setempat telah menjalin kerja sama dengan Pemkab Raja Ampat untuk mengarahkan wisatawan juga ke Kepulauan Widi setelah dari Raja Ampat.

Penerbangan dari Manado

Obyek wisata Kepulauan Widi terletak di perbatasan antara Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Raja Ampat. Untuk mencapai Kepulauan Widi, dari Raja Ampat hanya dibutuhkan waktu sekitar 4 jam menggunakan speed boat.

Pemkab Halsel saat ini juga tengah mengupayakan penerbangan langsung dari Manado ke Labuha, Ibu Kota Kabupaten Halsel, sehingga wisatawan yang berkunjung di Manado bisa dengan mudah melanjutkan kunjungan ke Kepulauan Widi.

Prasarama menuju Kepulauan Widi juga sdang dibenahi. Akomodasi bagi wisatawan, seperti hotel dan penginapan memang belum ada, tetapi wisatawan bisa menggunakan rumah penduduk. Bisa juga menginap di hotel-hotel di Labuha.

Cara termudah saat ini untuk mencapai Kepulauan Widi adalah melalui Ternate. Dari Ternate wisatawan bisa ke Labuha menggunakan kapal laut atau pesawat perintis (dua kali seminggu), selanjutnya ke Kepulauan Widi menggunakan kapal laut melalui Gane Timur.(kul/ir)

Tempat Wisata di Hal-sel

Tempat wisata di Hal-sel Lelei


Tempat wisata lelei
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan,  Maluku Utara terus memromosikan kawasan Lelei sebagai objek tujuan wisata akhir tahun.

Kabag Humas dan Protokoler Pemkab Halsel, Daud Djubaidi ketika dihubungi dari Ternate, Rabu mengatakan, Pemkab telah menginformasikan keberadaan objek wisata Pulau Lelei kepada para pengusaha Biro Perjalanan Umum dan berbagai pihak terkait guna mendorong wisatawan menikmati libur akhir tahun di pulau itu.

Objek wisata Pulau Lelei ideal bagi para wisatawan untuk menikmati libur akhir tahun, karena objek wisata itu memiliki keindahan panorama pantai, bahkan pasir putih di pantai ini sering disamakan dengan pantai Hawai di Amerika Serikat.

Selain itu, kata Daud Djubaidi, perairan di pantai objek wisata Pulau Lelei itu sangat jernih dan tenang, sehingga sangat mengasikan untuk berenang atau bermain jet sky, terutama pada pagi hari atau sore hari.

Panorama bawah laut pada perairan di sekitar objek wisata Pulau Lelei tersebut juga sangat indah, bahkan para wisatawan yang pernah menyelam disana melukiskannya sebagai surga bawah laut yang sulit ditemukan samanya di daerha lain.




pulau lelei
"Di objek wisata Pulau Lelei sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti vila sehingga wisatawan bisa menginap di vila itu. Di sana juga banyak rumah warga yang bisa disewa wisatawan," katanya.
Akses ke objek wisata Pulau Lelei cukup lancar, yakni dari Ternate menggunakan speed boad sekitar dua jam dengan tarif Rp100 ribu per orang atau bisa pula mencarter speed boad dengan tarif sesuai kesepakatan.

Sedangkan untuk fasilitas restoran dan rumah makan belum ada di objek wisata Pulau Lelei tersebut, namun menurut Daun Djubaidi, wisatawan dapat memesan makanan pada warga di sekitarnya, terutama untuk makanan lokal, seperti dari bahan sagu dan umbi-umbian.

Objek wisata lainnya di Kabupaten Halsel yang cukup ideal untuk menjadi tempat libur akhir tahun adalah objek wisata Pantai Gura Ici dan objek wisata Pulau Widi. Kedua objek wisata ini juga menawarkan keindahan pantai dan panorama bawah laut.

Tempat wisata Hal-sel


WISATA HAL-SEL Investor Mulai Minati Potensi Bahari

 
TERNATE– Sejumlah investor mulai minati berbagai potensi wisata bahari di Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut), untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata andalan di daerah ini.
Kabag Humas dan Protokoler Pemkab Halsel, Daud Djubedi mengatakan di Ternate, Minggu, potensi pariwisata di Kabupaten Halsel saat ini mulai diminati berbagai investor untuk dikembangkan menjadi objek wisata andalan.
Menurut Daud, saat ini ada investor dari Jerman yang kini telah berada di Kota Bacan untuk menjajaki pembangunan resort wisata di Pantau Kusubibi dan Pulau Lelei.
Sehingga, dengan adanya pembangunan resort tersebut akan mendorong peningkatan PAD di sektor pariwisata, serta pengembangan potensi wisata yang bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Halsel.
Selain itu, ada pulau potensi wisata bahari yang akan kini gencar dipromosikan oleh Pemkab Halsel tersebut diantaranya objek wisata Pantai Guraici, Pulau Lelei, Pulau Nusa Raa dan Pulau Widi.
“Objek wisata bahari tersebut diharapkan bisa menarik perhatian para pengunjung, terutama wisatawan dari dalam dan luar negeri, karena semuanya memiliki kekhasan dan panorama yang sangat indah,” katanya.
Objek wisata Pulau Widi misalnya, menurut Daud, selain memiliki pasir putih yang indah, juga perairan di sekitarnya memiliki panorama bawah laut yang sangat menawan.
Begitu pula, objek wisata Pantai Guraici memiliki keindahan serupa, bahkan sesuai pengakuan sejumlah wisatawan yang pernah menyelam di objek wisata itu, keindahannya tidak kalah jika dibandingkan dengan taman laut Bunaken di Sulawesi Utara.
Ia mengatakan, selain objek wisata bahari, Pemkab Halsel juga akan mempromosikan potensi sumber daya alam lainnnya, seperti potensi pertambangan, perkebunan, perikanan dan kehutanan. Khusus potensi pertambangan di Halsel telah dipromosikan dan diharapkan menarik minat investor adalah potensi tambang nikel, batu bara, batu berlian dan migas.
Para pengusaha di Halsel, diantaranya pengusaha kerajinan batu berlian juga diyakini akan merespon keinginan Pemkab Halsel tersebut dengan mempromosikan produknya jika Halsel akan dibanjiri oleh para wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. (Ant/Juanda)

Makanan khas Halmahera


Ini adalah sajian ikan mentah yang di lumuri dengan bumbu yang sudah dimasak. Rasanya menarik sekali pastinya. Saya mencoba sedikit terlebih dahulu takut tidak sesuai dengan perut saya, eh ternyata rasanya menakjubkan sekali. Tekstur ikan tuna merah mentah yang potong dadu ditambah dengan racikan bumbu-bumbu khas nya membuat sajian ini begitu segar sekali dimakan disiang hari. Menu Gohu ikan ini cocok sekali jika disantap dengan Kasbi, singkong rebus maupun ubi rebus. Sungguh masakan sehat yang layak di coba jika anda sedang berkunjung ke kota Ternate. Menu yang tersaji dimeja juga beragam sekali. Terlihat sebaskom popeda (masyarakat Papua dan Ambon sering menyebutnya Papeda). Selain itu juga terlihat sayur lilin, sayur atau gulai yang tadinya membuat saya sumringah karena saya pikir itu adalah gulai telur ikan, karena bentuknya mirip sekali dengan telur ikan namun ternyata bukan. Terlihat juga Kuah soru yaitu kuah yang biasanya dipergunakan untuk makan popeda, dimasak bebarengan dengan ikan asar (ikan asap), rasanya sendiri asam pedas  dengan aroma ikan asar yang sangat kuat. Selain itu juga terlihat Kasbi(singkong rebus), pisang rebus, ubi rebus, ikan bakar, ikan goreng, fofoki kuah santan, sayur garo (tumis kangkung dengan bunga papaya). Diantara sebanyak itu menu makanan yang menarik perhatian saya adalah Gohu ikan. Gohu sendiri mempunya arti Rujak. Jadi menyebutnya haruslah lengkap Gohu ikan. Ini adalah sajian ikan mentah yang di lumuri dengan bumbu yang sudah dimasak. Rasanya menarik sekali pastinya. Saya mencoba sedikit terlebih dahulu takut tidak sesuai dengan perut saya, eh ternyata rasanya menakjubkan sekali. Tekstur ikan tuna merah mentah yang potong dadu ditambah dengan racikan bumbu-bumbu khas nya membuat sajian ini begitu segar sekali dimakan disiang hari. Menu Gohu ikan ini cocok sekali jika disantap dengan Kasbi, singkong rebus maupun ubi rebus. Sungguh masakan sehat yang layak di coba jika anda sedang berkunjung ke kota Ternate.



makanan khas kota halmaheraMenu yang tersaji dimeja juga beragam sekali. Terlihat sebaskom popeda (masyarakat Papua dan Ambon sering menyebutnya Papeda). Selain itu juga terlihat sayur lilin, sayur atau gulai yang tadinya membuat saya sumringah karena saya pikir itu adalah gulai telur ikan, karena bentuknya mirip sekali dengan telur ikan namun ternyata bukan. Terlihat juga Kuah soru yaitu kuah yang biasanya dipergunakan untuk makan popeda, dimasak bebarengan dengan ikan asar (ikan asap), rasanya sendiri asam pedas  dengan aroma ikan asar yang sangat kuat. Selain itu juga terlihat Kasbi(singkong rebus), pisang rebus, ubi rebus, ikan bakar, ikan goreng, fofoki kuah santan, sayur garo (tumis kangkung dengan bunga papaya). Diantara sebanyak itu menu makanan yang menarik perhatian saya adalah Gohu ikan. Gohu sendiri mempunya arti Rujak. Jadi menyebutnya haruslah lengkap Gohu ikan.